Semarang, WartaHukum.com - Sektor pariwisata di Jawa Tengah mulai bangkit setelah sebelumnya terseok-seok akibat pandemi covid-19. Promosi digitalisasi dan kerjasama lintas sektor, khususnya generasi millenial dan organisasi kepemudaan dilakukan oleh pemerintah untuk menggairahkan kembali bisnis di sektor ini.
Kepala Dinas Kepemudaan Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Sinoeng N Rachmadi optimis 2022 ini arus wisatawan asing maupun lokal tumbuh kembali. Terlebih program Gubernur Jawa Tengah, Jogo Plesiran yang membolehkan piknik dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
"Lomba foto, video, vlog. hal seperti itu yang masih kita lakukan, promosi digitalisasi. Berkolaborasi dengan media, kreatif dan inovasi menjadi kata kunci. Kekuatan sosial media dalam bentuk narasi promosi publik figur penting upload sesuatu yang bisa dimanfaatkan ke konteks marketing," katanya.
Ia mengungkapkan, kondisi pariwisata di Jawa Tengah menurun akibat bencana global pandemi covid-19.
"Jumlah wisatawan mancanegara turun minus 95 persen karena penutupan bandara. Sedangkan untuk pelancong lokal juga mengalami penurunan 7-8 persen dari 57 juta sekarang 30 jutaan," paparnya.
Fenomena pandemi ini menjadikan pergeseran segmentasi. Jika dulu semua memiliki daya minat, sekarang open space natural menjadikan destinasi yang paling banyak diminati, karena akan meminimalkan faktor resiko penularan covid dan orang lebih leluasa menghindari kerumunan.
"Kami selalu terstimulasi ide gagasan pihak lain. Pemerintah mengeksekusi ide yang muncul tersebut. Berdasarkan data, 47 persen wisata nusantara didominasi mereka yang berusia 40 tahun ke bawah. Sedangkan 93 persen merupakan kaum milenial," ungkapnya.
Dalam menggerakkan sektor pariwisata tidak bisa dilakukan seorang diri, harus kolaborasi penting pentahelic, melakukan pengembangan gerakan besama.
"Kami juga bekerjasama dengan Organisasi Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Jateng-DIY dan Sapma PP Jateng untuk bersama-sama menghidupkan sektor pariwisata," imbuh Kepala Disporapar Jawa Tengah.
Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah, Dyah Kartika Permanasari, SE.MM menambahkan bahwa semua sektor terkena dampak dari pandemi, tak terkecuali sektor pariwisata yang terimbas parah, karena sifatnya sangat berpotensi menimbulkan kerumunan. Data BPS menunjukan tingkat okupansi hotel juga menurun, pada Januari 2020 sebesar 11,77 poin atau 41,5 persen dibanding bulan sama tahun lalu.
Menurutnya, lama menginap berkurang hanya 1,3 malam. BPS tahun 2020 pertumbuhan PDRB sektor pariwisata menurun 2019 tercatat 8,14 persen turun menjadi 7,8 persen di 2020.
"Sebab pariwisata multiplayer effeck, sangat luar biasa di sisi keekonomian, di sekitar objek wisata ada kios bagi UMKM. Kunci utama harus berani inovasi, kreasi, dan berkolaborasi lintas sektor. Karena untuk trend sekarang ada pergeseran, kalau dulu orang dengan mudah ke tempat menarik manapun, sekarang karena pandemi hal itu berubah," tegas Dyah Kartika.
Sementara itu, Yayasan Pendidikan Widya Nusantara Surakarta, Astrid Widayani S.S, S.E, M.BA menambahkan pelaku wisata sudah menjalankan sesuai kebijakan, masyarakat juga sudah lebih tertib protokol kesehatan.
Pandemi membuat trend wisata berubah sehingga pelaku di dalamnya juga harus bisa membaca hal tersebut dengan memunculkan hal-hal baru sesuai trend yang ada sekarang.
"Pariwisata berbasis kesehatan, gak cuma destinasi tapi misalnya menjual produk lokal, medical tourism juga perlu diperhatikan dengan pelayanan dan fasilitas kesehatan seperti di negara singapura, swiss , jerman mereka (turis) tidak cemas karena puskesmas ada standar yang baik, sport turism juga lagi ramai di Solo, Wonogiri, waduk dijadikan lokasi maraton," pungkasnya.
Penulis : ETI
Tidak ada komentar:
Tulis komentar